HADITS TENTANG ILMU
Hadis Rasulullah Tentang Ilmu
Hadis Rasulullah tentang Ilmu yang diakui oleh semua mazhab dalam Islam
selain hadis: "Aku adalah kota Ilmu dan Ali adalah pintunya" Adalah
hadis tentang keutamaan ilmu. Diantaranya adalah kewajiban bagi kaum
muslimin untuk mencari ilmu dimanapun ilmu tersebut berada, seperti
hadis tentang negeri China.
beberapa orang menafsirkan makna
hadis tersebut dengan bahwa di negeri china terdapat banyak ilmu, tapi
apabila kita cermati lebih lanjut semantik dari kalimat hadis tersebut
maka justru menunjukkan sebaliknya. sebenarnya detail maknawi dari hadis
tersebut bukan: "belajarlah atau carilah ilmu sampai ke negeri China."
seperti yang sering dimaknai orang.
Hadis ini akan
membingungkan jika tidak secara cermat ditelusuri makna semantik
kalimatnya,karena pada kenyataannya tidak ada seorangpun ilmuwan Islam
yang pada masa keemasannya merupakan pusat-pusat keilmuwan dunia,
(bahkan khasanah para ilmuwan islam merupakan landasan kemajuan ilmu
pengetahuan modern saat ini) yang pernah belajar ke china.
Kalau kalimatnya ini ditafsirkan secara serampangan tanpa melihat detail
semantiknya memang akan bermakna harfiah, yaitu bahwa orang-orang yang
harus mengikuti perintah hadis ini (kaum muslimin) harus pergi ke
negeri China, tentu dengan berbagai asumsi, seperti kemampuan melakukan
perjalanan dan sebagainya.
tapi pada detail kalimat pada hadis
yang benar sesungguhnya terdapat kata penghubung: 'walaupun' diantara 2
frase itu, jadi yang benar: "Carilah ilmu walaupun sampai ke negeri
China." Kalau kalimatnya seperti ini maka frase "sampai ke negeri China"
bermakna kiasan. Karena penekanan kata penghubung 'walaupun' terletak
pada frase 'mencari ilmu' bukan pada frase 'sampai ke negeri China.'
Ilmu secara mandiri adalah kebenaran, dari segala sudut pandang mutlak
tidak melihat kuantitasnya maupun kualitasnya adalah tetap sebuah
kebenaran. Oleh karena itu ilmu walaupun sedikit, ataupun banyak sama
saja, ataupun susah, tetap harus dicari. Misal disuatu tempat ilmu
nyaris tidak ada, tapi keberadaannya ilmu yang sekedar nyaris di suatu
tempat itu tetap harus/wajib dicari oleh orang2 yang merasa mengikuti
perintah tersebut. Ini adalah sabda untuk memuliakan ilmu.
penggunaan kata walaupun sebagai kata penghubung menyebabkan pola kalimat tersebut adalah negasi penguat
predikat pada frase pada suatu sisi akan menegasi frase opositnya,
oleh karena itu apabila hadis tersebut berfungsi sebagai penguat, dimana
ilmu adalah hal yang dikuatkan, ditekankan, maka frase opositnya atau
frase diseberangnya seharusnya yaitu "sampai ke negeri china" seharusnya
justru lemah dalam hal kualitas maupun kuantitas ilmu. oleh karena itu
jika tempat yang diperintahkan oleh rasulullah untuk mencari ilmu
tersebut minim ilmu atau tempat yang lebih sukar untuk mencari ilmu,
maka justru ilmu itu sendiri akan lebih berarti mulia, hadis ini
bertujuan menjelaskan betapa mulianya ilmu.
sebagai ilustrasi
untuk lebih menjelaskan maknawi dari semantik hadis tersebut, dapat kita
telusuri kalimat-kalimat dibawah ini sebagai ilustrasi, semoga bisa
dimengerti maksud isi nya:
1. Belajarlah walaupun ke Negeri yg
jauh (karena posisi sedang di daerah jauh dari negara yg dimaksud), maka
jawabnya adalah misalnya salah satunya adalah negara norwegia, atau
afrika selatan
2. Belajarlah walaupun ke Negeri yg belum maju
atau negara yg masih berkembang, misalnya negara ethiopia, nepal,
Philiphine.. dll..
3. Belajarlah walaupun ke Negri yg sudah MAJU, misalnya negara Jepang, Singapore, dll..
pada point ke 3 disini agak janggal jika menggunakan kata "walaupun", semoga dpt dimengerti maksud dibalik kata tsbt.
oleh karena itu makna hadis tersebut akan lebih bermakna, dalam arti
akan lebih memuliakan makna dari ilmu seperti yang dimaksud oleh
Rasulullah apabila contoh yang diambil oleh rasulullah adalah
daerah-daerah yang justru minim ilmunya, atau daerah-daerah yang sukar
untuk mencari ilmu. maka apabila kita memaknai hadis tersebut sesuai
dengan makna semantiknya, maka di china pada masa nabi justru merupakan
tempat yang:
1) sukar untuk mencari ilmu, atau
2) nyaris tidak ada ilmunya, atau
3) tempat yang apabila dibandingkan dengan tempat lain di muka bumi ini, maka tempat tersebut paling sedikit ilmunya.
Secara wujud, ilmu adalah suatu bentuk abstrak dari keberadaan jiwa dan
ruh manusia, atau makhluk yang telah mendekati tingkat manusia seperti
malaikat, jin dan setan. Pada makhluk-makhluk tersebutlah ilmu dapat
ditampung. Oleh karena itu makna tempat agak rancu jika diterapkan pada
ilmu. Oleh karena itu maka maksud dari hadis Rasulullah tentang ilmu
tersebut pastilah berkenaan dengan kondisi psikologis manusia secara
umum yang menempati wilayah tersebut. maka hadis tersebut akan bermakna
memuliakan ilmu jika satu, dua atau tiga dari kemungkinan tiga keadaan
terpenuhi, yaitu:
1) bahwa karakter orang-orang china secara umum
adalah suka merahasiakan informasi atau ilmu atau pengetahuan tertentu
sehingga sukar bagi orang luar untuk mendapatkan ilmu dari mereka. Atau
dengan kata lain mereka pelit terhadap ilmu.
2) bahwa orang-orang china secara umum nyaris tidak berilmu
3) bahwa diantara bangsa-bangsa yang lainnya di seluruh muka bumi ini,
maka secara umum orang china relatif adalah yang paling tidak berilmu
diantara mereka.
sebenarnya, sedikit banyak beberapa karakter
kemungkinan diatas dapat dijumpai pada kenyataan sebenarnya. pada yang
pertama, orang china secara umum sukar membagi pengetahuannya. hal sudah
nampak dari kegemaran mereka secara umum bermain rahasia-rahasiaan.
juga pada masa feodal china banyak guru yang tidak memberikan semua
ilmunya kepada muridnya, juga begitu susahnya seorang murid untuk
mendapatkan ilmu dari seorang suhu.
pada yang kedua, orang
china secara umum nyaris tidak berilmu. Seseorang tampak berilmu atau
tidak sebenarnya tampak pada adabnya, atau akhlaknya. akhlak bukanlah
sesuatu yang bisa diindera, tapi hikmah yang dapat ditangkap oleh hati
manusia ketika ia mengikuti perilaku seseorang. Oleh karena itu dalam
konteks sosial indikator keilmuan dalam konteks suatu bangsa adalah
masalah keadilan dan hukum. Apabila kita melihat hal tersebut di negeri
China pada masa Rasulullah, maka sukar kita dapat melihat
keberberadabannya ketika melihat penegakan keadilan pada masa feodal
china. Pada masa feodal china, seseorang yang dijatuhi vonis sebagai
pengkhianat, maka penghuni satu rumahnya harus bersiap-siap menghadapi
pedang pemenggal maut, karena mereka dikaitkan dengan pengkhianatan
kepala keluarganya. Fenomena ini jelas menunjukkan ketiadaanya adab.
sebenarnya sampai saat sekarangpun boleh dikatakan perilaku penguasa
sebagaimana pada masa feodal china masih berlaku. hukum jatuh dengan
keras bagi rakyat kebanyakan china, tapi sepak terjang orang-orang yang
menduduki posisi tinggi di partai komunis china, dan kerabat dekat
pejuang komunis china nyaris tidak terendus oleh hukum.
pada
yang ketiga, secara umum apabila dibandingkan dengan bangsa lain di
dunia maka bangsa china adalah yang paling tidak berilmu diantara
mereka. hal ini justru nampak sangat mencolok pada masa sekarang. Yaitu
masalah kegemaran bangsa china untuk menjiplak segala penemuan orang
lain. menjiplak disamping sebenarnya melanggar hukum, atau adab
pergaulan kemanusiaan, juga sebenarnya merugikan dirinya sendiri. karena
kegemaran menjiplak menandakan lemahnya semangat penemuan. karena
kegemaran berlarut-larut dalam hal menjiplak, maka menyebabkan bangsa
tersebut cukup puas dengan kualitas hasil jiplakannya sama dengan yang
asli, akhirnya daya kreasinya akan macet. Semua bangsa dan orang dapat
maju jika kemajuan tersebut diperoleh dengan cara menjiplak.
Kemudian yang paling penting lagi adalah bahwa menjiplak merupakan
indikasi ketiadaan ilmu pada diri si penjiplak. inovasi timbul karena
adanya dorongan atau potensi untuk memenuhi kebutuhan material di
kehidupan sementara ini. dorongan tersebut akan bisa teraktualisasi
dengan penemuan jika diantara keduanya terdapat gerak substansial yaitu
intelektual yang mampu menghubungkan antara kesadaran kognitif dan
kesadaran manusia. Atau dengan kata lain dibutuhkan ilmu untuk
mengaktualkan potensi pada diri manusia. Oleh karena itu seharusnya
inovasi adalah suatu hal yang fitrah pada diri manusia seiring dengan
meningkatnya kebutuhan manusia itu sendiri, jika manusia tersebut
mempunyai bekal untuk mengaktualisasikan potensinya, dalam hal ini bekal
tersebut adalah ilmu. Inilah yang disebut dengan ibadah, (manusia yang
mampu mengaktualkan potensi dalam dirinya). Jika manusia tidak
berinovasi sedangkan kebutuhan hidupnya jelas selalu akan meningkat maka
hal ini menunjukkan ketiadaan kepercayaan diri untuk mengaktualkan
potensi atau dorongannya. Kepercayaan diri untuk mengaktualkan potensi
atau dorongan tersebut ditumbuhkan karena keberadaan adanya bekal untuk
mengaktualkannya, dalam hal ini adalah ilmu. Orang yang sedikit ilmunya
akan selalu ragu-ragu, dalam memulai sesuatu hal yang baru yang belum
pernah dialaminya. Suatu hal ang baru akan tampak sebagai resiko bagi
dirinya. Oleh karena itu ia lebih suka menjiplaknya dari suatu hal yang
telah dikerjakan oleh orang lain karena menurutnya hal tersebut akan
meminimalisir resikonya.
Hadis ini secara tidak langsung
dapat kita masukkan sebagai mujizat karena menunjukkan kepada kita bukti
kenabian Rasulullah Muhammad. Dimana pada hadis ini beliau telah
menunjukkan pada kita gambaran masa depan. gambaran masa depan mengenai
keadaan psikologis secara umum suatu bangsa yang mana kesempurnaan
pembuktiannya, khususnya yang berkenaan dengan kasus kegemaran
menjiplak, yang mana 'trend' ini baru muncul di masa depan pada kisaran
dua abad di belakang ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
thanks for the comment